Rabu, 15 September 2010

Asuhan pada ibu nifas - Presentation Transcript

  1. IBU DALAM MASA NIFAS By Anjarwati
  2. MASA NIFAS
    • Masa antara kelahiran plasenta & membran yg menandai berakhirnya periode intra partum sampai waktu menuju kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut kekondisi tidak hamil. ( Varney, H )

3.

    • Periode pasca salin (6 mg) masa krisis kehidupan ibu & bayi
    • 60 % kematian ibu setelah persalinan
    • 50 % kematian masa nifas 24 jam pertama
    • 2/3 kematian bayi terjadi 4 mg stlh persalinan

4.

    • Asuhan kebidanan yang tepat & efisien ibu & bayi pasca salin mengatasi masalah tersebut bidan perubahan fisik & psikologis ibu post partum
    • Peran bidan pelaksana:mandiri, kolaborasi, rujukan
  1. Perawatan dan hal-hal yang terjadi selama nifas : 1 . Genitalia interna dan eksterna 2. Suhu badan pasca persalinan 3. Nadi 4. Hemokonsentrasi 5. Laktasi 6. Mulas 7. Serviks, uterus dan adneksa 8. Lokia 9. Miksi 10. Defekasi 11. Latihan senam
  2. Standar 15 dalam SPK Pelayanan bagi ibu & bayi pada masa nifas:
    • Kunjungan rumah
    • PI karena ibu & bayi rentan infeksi
    • Pemeriksaan ibu & bayi
    • Anemia periksa hari ke 3 -5 (hemokonsentrasi)
    • KIE ASI, KB, perawatan diri & bayi, tanda bahaya
  3. KOMPETENSI V
    • Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi kepada ibu nifas dan menyusui serta tanggap terhadap budaya setempat
  4. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga: (mandiri)
    • 1). Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas
    • 2). Menentukan diagnosa & kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas
    • 3). Menyusun rencana asuhan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah
    • 4). Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang disusun
    • 5). Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien
    • 6). Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien
    • 7). Membuat catatan dan laporan asuhan kebidanan
  5. Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan keadaa kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi melibatkan klien & keluarga (kolaborasi):
    • 1). Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan kasus resiko tinggi dan keadaan yang memerlukan pertolongan pertama dan tindakan kolaborasi
    • 2). Menentukan diagnosa prognosa, proiritas sesuai dengan faktor resiko dan keadaan kegawatdaruratan
    • 3). Menyusun rencana asuhan dan tindakan ibu dalam masa nifas dengan pertolongan pertama seuai prioritas

10.

    • 4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama seuai prioritas
    • 5). Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama
    • 6). Membuat rencana tindak lanjut bersama klien
    • 7). Membuat catatan dan laporan
  1. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa nifas dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien & keluarga (rujukan):
    • 1). Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatdaruratan pada ibu dalam masa nifas yang memerlukan konsultasi dan rujukan
    • 2). Menentukan diagnosa prognosa, prioritas
    • 3). Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
    • 4). Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang
    • 5). Membuat catatan dan laporan serta dokumentasi seluruh kejadian dan intervensi
  2. PENGETAHUAN DASAR
    • Fisiologi nifas
    • Proses involusio
    • Proses laktasi
    • Nutrisi, kebutuhan istirahat, aktivitas & kebutuhan fisiologis lainnya
    • Nutrisi BBL
    • KIE
    • Asuhan komprehensif
  3. lanjutan
    • Adaptasi psikologis
    • Bonding attachment
    • Indikator subinvolusi :perdarahan, infeksi
    • Indikator masalah laktasi
    • Tanda & gejala mengancam kehidupan misal retensio plasenta, eklamsi, perdarahan dll
    • Indikator komplikasi tertentu:anemia, hematom vulva, retensi urin dll
  4. Keterampilan dasar
    • Mengumpulkan data riwayat kesehatan terfokus (kehamilan, persalinan)
    • Pemeriksaan terfokus
    • Pengkajian involusi, laktasi & penyembuhan luka jalan lahir
    • Merumuskan diagnosa masalah
    • Menyusun rencana
    • Memulai & mendukung ASI eksklusif
  5. Lanjutan
    • KIE perawatan diri, istirahat, nutrisi, asuhan BBL
    • Identifikasi hematom vulva
    • Identifikasi infeksi
    • Penatalaksanaan postpartum abnormal
    • KIE & konseling KB
    • Konseling pasca abortus

16.

    • Kolaborasi,rujukan komplikasi tertentu
    • Memberi antibiotik
    • Mendokumentasikan asuhan
    • Keterampilan tambahan : insisi pada hematom vulva
  1. Manajemen kebidanan
    • Pendekatan menerapkan m etode dalam pemecahan masalah (pengkajian-evaluasi)/ pemberian asuhan kebidanan
    • Mengacu pola pikir Varney (1997)
  2. Asuhan Kebidanan
    • Penerapan fungsi dan kegiatan yg menjadi tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kpd klien yang memiliki kebutuhan/masalah kesehatan: masa hamil, bersalin, nifas, BBl. Kb dll
    • Bentuk dokumentasi asuhan : SOAP
    • ( Subjektif Objektif Assassmen Plan) dengan pola fikir 7 langkah Varney
  3. Langkah Varney
    • Pengkajian ( data subjektif & objektif)
    • Interpretasi data
    • Diagnosa potensial
    • Antisipasi/ tindakan segera
    • Rencana tindakan
    • Tindakan
    • Evaluasi
  4. SOAP
    • Data Subjektif (terfokus)
    • Data Objektif (terfokus)
    • Assessment
    • Plan ( rencana, tindakan, evaluasi)
  5. Monitoring Post Partum
    • Sangat penting karena sering terjadinya kematian
    • Pengawasan dalam 2 -6 jam pertama meliputi :
      • Perdarahan
      • Laktasi
      • Eklamsi
  6. Kunjungan 6 jam
    • - Mencegah perdarahan masa nifas krn atonia uteri
    • - Mendeteksi dan melakukan tindakan penyebab lain seperti perdarahan : rujuk jika perd berlanjut
    • - Memberikan konseling pd ibu / kel mencegah perdarahan
    • - Pemberian ASI awal
    • - Mengajarkan mobilisasi
    • - Membantu untuk mencoba BAK sendiri
    • - Melakukan hubungan antara ibu dan BBL
    • - Menjaga bayi tetap sehatdg cara mencegah hipotermi
    • - Petugas kes yg menolong persalinan hrs tinggal 2 jam pertama setelah kelahiran dg memantau vital sign
  7. Kunjungan 6 hari
    • Memantau KU, Kesadaran,Vital Sign
    • Memastikan involusi uterus berjalan normal
    • Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/ perdarahan abnormal
    • Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
    • Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
    • Memberikan konseling asuhan pada bayi
    • Memantau gangguan emosinal
    • Memperhatikan hubungan/respon suami/ keluarga
    • Memotivasi untuk memberi nama Islami, aqiqoh jika mampu, mencukur rambut dll
  8. Konseling sebelum kembali ke rumah
    • Asuhan untuk ibu dan bayi secara islami
    • Nutrisi ibu dan bayi
    • Personal Higiene khususnya genetalia
    • Teknik menyusui
    • Pola istirahat/tidur
    • Dampingan suami/keluarga
    • Respon ibu dan ayah dengan bayi
    • Immunisasi
    • Keluarga Berencana
    • Kelanjutan aktivitas hubungan sex
    • Tanda bahaya ibu dan bayi
  9. Kunjungan 6 minggu
    • Asuhan seperti 6 hari masa nifas
    • Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
    • Memberi konseling untuk ber KB secara dini
    • Memberi konseling untuk melakukan hubungan suami istri bila menghendaki

Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali ke keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dsb. Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain:

1. Kebutuhan nutrisi dan cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, bergizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat.

• Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, (ibu harus mengkonsumsi 3 sampai 4 porsi setiap hari)

• Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)

• Pil zat besi harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin

• Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.

2. Kebutuhan Ambulasi

Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan usai. Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah trombosis pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat. Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat.

3. Kebutuhan Eliminasi : BAB/BAK
Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Selama kehamilan terjadi peningkatan ektraseluler 50%. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urine. Umumnya pada partus lama yang kemudian diakhiri dengan ektraksi vakum atau cunam, dapat mengakibatkan retensio urine. Bila perlu, sebaiknya dipasang dower catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian, jika ada kerusakan-kerusakan pada otot-otot kandung kencing, otot-otot cepat pulih kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali.
Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan karena enema prapersalinan, diit cairan, obat-obatan analgesik selama persalinan dan perineum yang sakit. Memberikan asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara teratur dapat membantu untuk mencapai regulasi BAB.

4. Kebersihan diri/perineum
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal..
Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika.

5. Kebutuhan Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.

6. Hubungan Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokea telah berhenti. Hendaknya pula hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan, karena pada waktu itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah persalinan. Untuk itu bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke-40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan KB.

7. Latihan senam nifas
Pada saat hamil otot perut dan sekitar rahim serta vagina telah teregang dan melemah. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung dikemudian hari dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK.
Latihan senam nifas yang dapat dilakukan antara lain :
1. Senam otot dasar panggul (dapat dilakukan setelah 3 hari pasca persalinan).
Langkah-langkah senam otot dasar panggul:
Kerutkan/ kencangkan otot sekitar vagina, seperti kita menahan BAK selama 5 detik, kemudian kendorkan selama 3 detik, selanjutnya kencangkan lagi. Mulailah dengan 10 kali 5 detik pengencangan otot 3 kali sehari.
Secara bertahap lakukan senam ini sampai mencapai 30-50 kali 5 detik dalam sehari.

2. Senam otot perut ( dilakukan setelah 1 minggu nifas).
Senam ini dilakukan dengan posisi berbaring dan lutut ttertekuk pada alas yang datar dan keras. Mulailah dengan melakukan 5 kali per hari untuk setiap jenis senam di bawah ini. Setiap minggu tambahkan frekuensinya dengan 5 kali lagi, maka pada akhir masa nifas setiap jenis senam ini dilakukan 30 kali.
Langkah-langkah senam otot perut :
a. Menggerakkan panggul
Ratakan bagian bawah punggung dengan alas tempat berbaring.
Keraskan otot perut/panggul, tahan sampai 5 hitungan, bernafas biasa.
Otot kembali relaksasi, bagian bawah ounggung kembali ke posisi semula.

b. Bernafas dalam
Tariklah nafas dalam-dalam dengan tangan diatas perut.
Perut dan tangan diatasnya akan tertarik keatas. Tahan selama 5 detik.
Keluarkan nafas panjang.
Perut dan tangan diatasnya akan terdorong kebawah.
Kencangkan otot perut dan tahan selama 5 detik.

c. Menyilangkan tungkai
Lakukan posisi seperti pada langkah A
Pada posisi tersebut, letakkan tumit ke pantat.
Bila hal ini tak dapat dilakukan, maka dekatkan tumit ke pantat sebisanya.
Tahan selama 5 detik, pertahankan bagian bawah punggung tetap rata.

d. Menekukkan tubuh
Lakukan posisi seperti langkah A
Tarik nafas dengan menarik dagu dan mengangkat kepala.
Keluarkan nafas dan angkat kedua bahu untuk mencapai kedua lutut.
Tahan selama 5 detik.
Tariklah nafas sambil kembali ke posisi dalam 5 hitungan.

e. Bila kekuatan tubuh semakin baik, lakukan sit-up yang lebih sulit.
Dengan kedua lengan diatas dada
Selanjutnya tangan di belakang kepala
Ingatlah untuk tetap mengencangkan otot perut
Bagian bawah punggung tetap menempel pada alas tempat berbaring.

Catatan :
Bila ibu merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah nifas yang keluar bertambah banyak, ibu sebaiknya menghentikan latihan senam nifas. Mulai lagi beberapa hari kemudian dan membatasi pada latihan senam yang dirasakan tidak terlalu melelahkan.
(dikumpulkan dari berbagai sumber dan catatan kuliah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar